(PUISI) ASAH GERIMIS

Sabtu, 19 November 2011


Ada dosa yg tercipta di masa lalu
mengiris hingga ke relung tulang-tulangku
peristtiwa kala itu seakan membakar
memanas bak api neraka yg tak pernah ingkar

hingga pengakuanku akhirnya terlontar
membabi-buta menggerogoti altar
merangkak di bawah kolong meja yg tak berkaki
bersenandung lirih dalam tujuh hitungan hari

air mata pun tak terbendung
mengalir deras menghantam sisa-sisa dinding
dari tanah liat merah yg melaknat
pada malam yg menghitam dan memekat

tersungkur sendiri
tertatih meratapi hujan yg tak kunjung henti
membanjiri gorong-gorong dihidupi tikus-tikus berbau
senang bermandikan lumpur seperti kerbau yg beradu

dan kini aku berada di suatu tempat
dimana bayangku pun tak terlihat
hanya ada aku dan waktu
yg selalu setia meniduriku disetiap sabtu

kulihat remang di ujung jalan sana
seakan memberiku tanda
engakau sedang menangis sayang
menahan sakit akan rasa yg telah hilang

Tidur lah dengan pulas
biarkan hujan turun pada musimnya dengan ikhlas
agar tanaman tumbuh sebagaimana kodratnya
melahirkan bunga yg memekar dengan keanggunannya


(Karya yg terinspirasi dari gerimis malam yg hangat di Teras Anging Mammiri)
By : Asril Gunawan, Ocha' Laparembai Daeng Mappagiling, Adi Oke, Sheto rahmat, Ichal Keyb
....telah di pentaskan pertama kali diatas panggung Harla Wisma Anging Mammiri di BalaiKota Jogjakarta 19 November 2011, di malam yg gerimis pula..." namun Gerimis bukan berarti sedih, gerimis bukan berarti lirih, tp gerimis berarti awal dari sebuah kehidupan "
"SSB TANA DAENG"
»»  Baca Selengkapnya...